BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Umumnya
kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran
menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf
dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan
kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf, paragraf merupaka
sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang
disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf
atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan (gagasan
tunggal). Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam
kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu
kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud
alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya
yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang
dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang
lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf
sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang
sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan
menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian paragrap ?
2. Apa
saja fungsi paragrap ?
3. Bagaimana
syarat paragrap?
4. Apa
saja jenis-jenis paragrap?
5. Apa
saja unsuralinea?
6. Bagaimana
bentuk atau jenis tulisan?
7. Apa
ringkasan, abstrak dan sintesis?
8. Bagaimana
kutipan dan sistem rujukan dalam karya ilmiah?
9. Bagaimana
daftar pustaka yang benar?
10. Apa
topik, tujuan, tesis dan kerangka karangan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa pengertian paragrap.
2. Untuk
mengetahui apa saja fungsi paragrap.
3. Untuk
mengetahui bagaimana syarat paragrap.
4. Untuk
mengetahui apa saja jenis-jenis paragrap.
5. Untuk
mengetahui apa saja unsur alinea.
6. Untuk
mengetahui bagaimana bentuk atau jenis tulisan.
7. Untuk
mengetahui apa ringkasan, abstrak dan sintesis.
8. Untuk
mengetahui bagaimana kutipan dan system rujukan dalam karya ilmiah.
9. Untuk
mengetahui bagaimana daftar pustaka yang benar.
10. Untuk
mengetahui apa topik, tujuan, tesis dan kerangka karangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Paragraf
Satuan
bahasa yang lebih besar dan lebih luas dari kalimat adalah paragraph atau
alinea. Dalam definisinya,PARAGRAF adalah satuan bahasa yang mengemukakan
sebuah pokok pikiran atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan
kalimat yang koherensif.
Dalam
1 paragraf terdapat beberapa bentuk kalimat, kalimat-kalimat itu ialah kalimat
pengenal, kalimat utama (kalimat topik), kalimat penjelas, dan kalimat penutup.
Kalimat-kalimat ini terangkai menjadi satu kesatuan yang dapat membentuk suatu
gagasan. Paragraph harus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama
tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam
paragraph terdapat beberapa kalimat yang saling terkait.
Sebuah
paragraf minimal tediri tiga kalimat dalam penulisan karangan ilmiah.
Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat
topic dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.
(1) Sampah selamanya selalu memusingkan. (2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkalikali pula solusinya dirancang. (3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik. (4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. (5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan pencemaran air dan banjir. (6) Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah. (Arifin,2011:116).
(1) Sampah selamanya selalu memusingkan. (2) Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan berkalikali pula solusinya dirancang. (3) Namun, berbagai keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik. (4) Pada waktu diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi. (5) Hal ini mendapat perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan pencemaran air dan banjir. (6) Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi masalah. (Arifin,2011:116).
Keenam
kalimat dalam paragraph di atas membicarakan , soal sampah, sehingga topik
dalam paragraf tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimat kalimatnya koherensi
atau saling terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami topik
“masalah sampah” dalam paragraph itu dengan baik.
B.
Fungsi
Paragraf
Berikut
ini merupakan fungsi paragraph secara umum:
1. Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
2. Menandai
peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
3. Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya
4. Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5. Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
Berikut fungsi
paragraph bagi penulis:
1. Paragraph
memudahkan pengertian
dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks.
2. Paragraph
merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah idea atau pokok pikiran secara
tertulis.
3. Paragraph
harus memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi
percampuran diantara unit pikiran tertulis.
4. Penulis
tidak cepat lelah dalam menyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke
dalam paragraph berikutnya.
5. Paragraph
dapat dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan
yang koherensi: bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.
Berikut fungsi
paragraph bagi pembaca:
1. Dengan
memisahkan atau menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan
jelas memahami gagasan utama paragraph penulis.
2. Pembaca
dengan mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi
penting dan kesan yang kondusif.
3. Pembaca
sangat tertarik dan bersemangat membaca paragraph per paragraph karena tidak
membosankan atau tidak melelahkan.
4. Pembaca
dapat belajar bagaimana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam
paragraph tulis.
5. Pembaca
merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraph tidak hanya dengan
kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar, bagan, diagram, grafik, dan kurva.
C.
Syarat
Paragraf
1. Kesatuan
Yaitu semua kalimat dalam paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.
Yaitu semua kalimat dalam paragraf itu secara bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan pokok. Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau menyimpang dari pikiran utamanya.
2. Koherensi
Yaitu kepaduan atau kekompakan hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat dijalin dengan penanda hubungan, baik penanda hubungan eksplisit maupun implisit.
Yaitu kepaduan atau kekompakan hubungan antara kalimat satu dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat dijalin dengan penanda hubungan, baik penanda hubungan eksplisit maupun implisit.
3. Pengembangan
Yaitu pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.
Yaitu pengembangan ide atau gagasan dengan menggunakan kalimat-kalimat pendukung.
4. Efektif
Yaitu disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat.
Yaitu disusun dengan menggunakan kalimat efektif sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat.
D.
Jenis-jenis
Paragraf
1. Jenis
Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya.
Kalimat yang berisi gagasan utama
paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan
kalmat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat
topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf.
Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam,
yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf
penuh kalimat topik.
a. Paragraf
Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat
pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf , yaitu paragraf yang
menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang
terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf ( urutan umum-khusus).
Contoh
paragraf deduktif :
"
Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang
penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik
kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga
fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
b. Paragraf
Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada
akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contohnya:
"
Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga
memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah
memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar.
Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka,
dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun
kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan
Desa Kakao.
c. Paragraf
Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada
bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif.
Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan
utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh
paragraf deduktif-induktif :
"
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah,
dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang
murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung
beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah.
Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah
dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."
d. Paragraf
Penuh Kalimat Topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf
sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat
topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan
kalimat topic karena kalimat yang satu dan lainnya sama-sama penting. Paragraf
semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif
terutama dalam karangan fiksi.
Contoh
paragraf penuh kalimat topik :
"
Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang
sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam
berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang
segar sepuas-puasku."
2. Jenis
Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam
bergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan korteks serta sifat informasi
yang akan disampaikan.Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan
sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan
mengarang juga.
Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat
digolongkan atas lima macam,yaitu:
a. Paragraf
Persuasif
Isi paragraf mempromosikan sesuatu
dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak
dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan Koran . Sedangkan paragraf
argumentasi, deskripsi, daneksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah
seperti buku,skripsi makalah dan laporan. Paragraf naratif sering dipakai untuk
karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh : Marilah kita tertib di jalan raya dengan mentaati peraturan yang ada dan tidak mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan agar bisa mengurangi kemacetan dan angka kecelakaan. Oleh karena itu diperlukannya kesadaran masyarakat bersama untuk menangani hal ini.
Contoh : Marilah kita tertib di jalan raya dengan mentaati peraturan yang ada dan tidak mengendarai kendaraan dengan ugal-ugalan agar bisa mengurangi kemacetan dan angka kecelakaan. Oleh karena itu diperlukannya kesadaran masyarakat bersama untuk menangani hal ini.
b. Paragraf
Argumentasi
Isi paragraf membahas satu masalah
dengan bukti_bukti alasan yang mendukung.
Contoh : Kenaikan bbm ini amat
meresahkan serta menyusahkan masyarakat, terlebih masyarakat kecil. Untuk
masyarakat yang dapat barangkali itu tak lagi jadi problem, namun untuk
masyarakat kecil, perihal ini dapat menyebabkan fatal. Biaya hidup mereka dapat
semakin besar, walau sebenarnya kekuatan mereka amat minim. Situasi sebelum
saat bbm naik saja telah kembang kempis, terlebih sesudah bbm naik, barangkali
mereka cuma dapat malan pagi. Apalagi, barangkali banyak yang kelaparan dengan
terselubung.
c. Paragraf
Naratif
Isi paragraf menuturkan peristiwa atau
keadaan dalam bentuk data atau cerita.
Contoh : Liburan sekolah beberapa tahun
yang lalu, saya dan ibu pergi ke Pontianak. Pontianak merupakan ibu kota
Provinsi Kalimantan Barat. Di Pontianak, banyak sekali keunikan dan tempat
menarik yang merupakan ciri khas Kota Pontianak. Perjalanan kurang lebih 2 jam
dengan menggunakan pesawat. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Sintawang.
Waktu tempuh menuju Sintawang kurang lebih sembilan jam dari Pontianak jika
menggunakan mobil. daerah ini terkenal sebagai penghasil tenun ikat. Motif
tenun ikatnya sangat unik dan coraknya sangat khas Kalimantan Barat. Harga
tenun ikat ini tergolong mahal, tergantung motif dan bahannya. Harganya bisa
mencapai ratusan ribu, bahkan jutaan Rupiah.
d. Paragraf
Deskritif
Paragraf yang melukiskan atau menggambarkan
sesuatu dengan bahasa penjelasan / terinci.
Contoh : Kini hadir mesin cuci dengan
desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink
elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan
bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang
dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses
mencuci.
e. Paragraf
Eksposisi
Paragraf yang memaparkan sesuatu fakta
atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh : Sebenarnya, kondisi ekonomi
kita sudah relatif membaik. Indikatornya dapat dilihat dari berbagai aspek.
Misalnya, dalam bidang otomotif. Setiap hari kita temukan aneka kendaraan
melintas di jalan raya. Sepeda motor baru, mobil pun baru. Ini menandakan bahwa
taraf hidup masyarakat mulai membaik. Indikator lain seperti daya beli
masyarakat akan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Dalam bidang papan,
misalnya, banyak warga masyarakat yang membangun tempat tinggal yang permanen.
3. Jenis
Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut
fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 , yaitu:
a. Paragraf
Pembuka
Bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok
pembicaraan dalam karangan.Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka
harus di fungsikan untuk:
Ø Menghantar
pokok pembicaraan
Ø Menarik
minat pembaca
Ø Menyiapkan
atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah
memiliki ke tiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan paragraf pembuka
memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka
harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk
berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka,yaitu:
Ø Kutipan,
peribahasa, anekdot
Ø Pentingnya
pokok pembicaraan
Ø Pendapat
atau pernyataan seseorang
Ø Uraian
tentang pengalaman pribadi
Ø Uraian
mengenai maksud dan tujuan penulisan
Ø Sebuah
pertanyaan.
Contoh:
Walau
dengan tangan buntung , pak Sholeh tidak malu bekerja sebagai tukang parkir di
kampusku . Justru semangatnya begitu tinggi dilihat dari caranya mengatur
kendaraan , senyum yang terus mengembang kepada siapapun , jarang marah bila
ada teman teman atau dosen yang kadang kulihat begitu sewot bila kendaraan lain
begitu lama keluar atau masuk jalurnya . Dan selama inipun kami lihat jarang ada
laporan kehilangan helm atau yang lain. Bahkan tidak jarang , kunci yang masih
tergantung di kendaraanpun diselamatkan dengan baik.
b. Paragraf
Pengembang / Isi
Bertujuan mengembangkan pokok
pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea
pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
Ø Mengemukakan
inti persoalan
Ø Memberikan
ilustrasi
Ø Menjelaskan
hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
Ø Meringkas
paragraf sebelumnya
Ø Mempersiapkan
dasar bagi simpulan.
Ada
beberapa pola penyusunan kalimat-kalimat yang menjadi sebuah paragraf isi yang
dapat dijadikan pedoman, yaitu :
o Pola
Urutan Waktu
Dalam pola urutan waktu, penulis
mengungkapkan gagasan-gagasannya secara kronologis. Contoh:
1. Secara
Eksplisit
Maharani Puspita Sari tidak hanya
berfikir .Ia lantas mendiskusikan dengan guru atau teman-temannya. Selanjutnya,
ia pun mengadakan penelitian masalah kondisi tanah di sekitar jalan tol.
Akhirnya, remaja putri itu tercatat sebagai peseta lomba Karya Ilmu Pengetahuan
Remaja 1982 dan siswa kelas II IPA SMA Regina Pacis (Bogor) itu tercatat
sebagai pemenang harapan.
2. Secara
Implisit
Ketukan tangan kecil di daun pintu
sebuah rumah di pulau Mandangin, di malam buta pertengahan Februari yang lalu
membangunkan penghuninya. Seorang bocah berseru dari luar memberi tahu, saat
berangkat sudah tiba. Yang dipanggil bangkit dari tidurnya, berkemas, dan turun
ke pantai. Si bocah yang di pulau itu disebut Kacong, berlalu kerumah lain
untuk membangunkan yang lain pula, dan beberapa waktu kemudian sebuah perahu
dengan 18 awak meluncur ke tengah laut. Nelayan pulau Mandangin turun mencari
ikan. Besok siang mungkin mereka kembali ke darat dengan tangkapan yang
lumayan, tetapi boleh jadi pula ia pulang dengan hasil yang nihil. Malam itu
adalah melam mencari nafkah. Hari itu janji batas hutang yang ditumpuk sampai
ratusan ribu rupiah untuk setiap orang tengah ditunaikan.
o Pola
Runtutan Tingkat
Dalam pola urutan tingkat, penulis
mengungkapkan gagasan mulai dari tingkat terendah sampai dengan yang tertinggi,
dari kecil sampai dengan yang besar, dan sebagainya. Contoh :
Meskipun tingkat pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang dapat diterima. Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua penduduk . Kedua, pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dan pendapatan penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa diharapkan pendapatan penduduk dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam berbagai bentuk yang positif. Keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat menjamin keselamatan atau jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa diharapkan membuka kesempatn memajukan karir masing-masing warga desa
Meskipun tingkat pembangunan suatu desa berbeda dari satu desa ke desa lainnya, dari satu negara ke negara lainnya, akn tetapi ada suatu persamaan umum yang dapat diterima. Pertama, pembangunan diharapkan dapat memenuhi harapan semua penduduk . Kedua, pembangunan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan, dan pendapatan penduduk desa. Ketiga, dengan pembangunan desa diharapkan pendapatan penduduk dapat menjadi kekuatan penggerak utama di dalam berbagai bentuk yang positif. Keempat, pembangunan desa diharapkan pula dapat menjamin keselamatan atau jaminan dimasa mendatang. Kelima, pembangunan desa diharapkan membuka kesempatn memajukan karir masing-masing warga desa
o Pola
Urutan Apresiatif
Pada pola urutan apresiatif. Penulis
mengungkapkan gagasannya berdasarkan, baik buruk, untung rugi, salah benar,
berguna tidak berguna, dan sebagainya.
Contoh:Pernyataan bahwa business adalah unsur dari peternakan sering ditentang oleh banyak orang. Mereka bependapat bahwa dalam pertanian yang subsistence ataupun yang primitif beternak bukanlah suatu business tetapi, suatu cara hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan sering dikemukakan dengan tandas oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab atasa produksi pertanian. Mungkin benar bahwa fungsi farming is way of life, sebab produksi dicampur aduk dengan konsumsi.,sebab usaha pertaniannya dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam masyarakat taninya. Tetapi haruslah disadari pula pula selama tersangkut soal produksi, dan itulah business. Untuk menerangkan hal ini baiklah diteliti keadaan petani-peternak yang telah maju yang telah mengubah cara ‘primitif’ dengan cara ‘modern’. Petani-peternak terlibat dan makin lama makin terlibat dalam usaha jual dan beli. Menjual hasilnya yang berlebihan dan membeli alat-alat, serta bahan- bahan yang diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam keadaan subsistence, petani yang maju tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai businessmen, dan selalu bertindak secara itu.
Contoh:Pernyataan bahwa business adalah unsur dari peternakan sering ditentang oleh banyak orang. Mereka bependapat bahwa dalam pertanian yang subsistence ataupun yang primitif beternak bukanlah suatu business tetapi, suatu cara hidup, suatu way of life. Pandangan ini bukan sering dikemukakan dengan tandas oleh banyak pejabat yang bertanggung jawab atasa produksi pertanian. Mungkin benar bahwa fungsi farming is way of life, sebab produksi dicampur aduk dengan konsumsi.,sebab usaha pertaniannya dipaterikan dengan kepuasan hidup dalam masyarakat taninya. Tetapi haruslah disadari pula pula selama tersangkut soal produksi, dan itulah business. Untuk menerangkan hal ini baiklah diteliti keadaan petani-peternak yang telah maju yang telah mengubah cara ‘primitif’ dengan cara ‘modern’. Petani-peternak terlibat dan makin lama makin terlibat dalam usaha jual dan beli. Menjual hasilnya yang berlebihan dan membeli alat-alat, serta bahan- bahan yang diperlukan untuk produksi. Bahkan dalam keadaan subsistence, petani yang maju tadi berpikir seperti pengusaha, sebagai businessmen, dan selalu bertindak secara itu.
o Pola
Urutan Tempat
Dalam pola urutan tempat, penulis
mengungkapkan gagasannya mulai dari suatu tempat ketempat lainnya, misalnya
dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan, dan sebagainya.
Urutan demikian dapat dikombinasikan dengan urutan berdasarkan tingkat
pentingnya suatu tempat, dari tempat yang terpenting ke tempat yang penting sampai
tempat yang kurang penting. Contoh:Sebelum perahu bertolak ketengah laut,
Suhardi disibukkan oleh tugas membenahi semua perlengkapan. Kalau tempat yang
dituju sudah dicapai, dan jaring telah ditebarkan, anak laki-laki sembilan
tahun ini meloncat ke air bersama sepotong bambu sepanjang tiga meter sebagai
pelampung. Dia harus mencebur ke air waktu malam hari sekali pun. Tugasnya saat
ini adalah membetulkan payang (jaring), atau menjaganya jangan tersangkut
didalam air. Untuk itu, dia mengapung di laut selama satu setengah atau dua
jam. Dan kembali ke perahu berbarengan dengan naiknya jaring.
o Pola
Urutan Klimaks
Pola urutan klimaks ini hampir sama
dengan pola urutan tingkat. Hanya saja, dalam pola urutan klimaks ini
terkandung adanya intensitas yang semakin menaik, sedangkan dalam pola urutan
tingkat tidak begitu ditonjolkan jadi, dalam pola urutan klimaks, penulis
mengungkapkan gagasannya dengan urutan yang setiap kali semakin meningkat
intensitasnya, dan berakhir pada gagasan yang paling intens. Contoh:Dalam film
terlihat seekor kera yang semula lincah akhirnya lumpuh, dan buta setelah
dicekoki obat mencret Entro Vioform, 6 butir setiap hari selama 2 minggu.
Hadirin menarik nafas. Tetapi suasana menekan perasaan justru tambah
menjadi-jadi setelah film berakhir, dan lampu dinyalakan diruang Press Club.
o Pola
Urutan Antikimaks
Pola urutan antiklimaks ini merupakan
kebalikan dari pola urutan klimaks. Jadi, pola urutan antiklimaks ini berangkat
dari suatu yang paling intens menuju ke yang intens sampai ke yang kurang
intens. Dalam cerita rekaan (novel, cerpen, drama), klimaks dan antiklimaks,
dan setelah sampai pada puncaknya menuju ke antiklimaksnya yang berupa
penyelesaian.
o Pola
Urutan Khusus Umum
Dalam pola urutan khusus ke umum ini,
penulis mula-mula mengungkapkankan gagasan-gagasan suatu hal yang khusus,
kemudian diungkapkan keumuman atau rampatan generalisasinya.
Contoh:Manusia adalah makhluk yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga sedikit empedunya. Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang serupa itu. Jadi, semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.
Contoh:Manusia adalah makhluk yang sedikit empedunya, dan panjang umurnya. Kuda juga sedikit empedunya. Demikian juga keledai, dan binatang-binatang lainnya yang serupa itu. Jadi, semua makhluk yang sedikit empedunya berumur panjang.
o Pola
Urutan Sebab – Akibat
Dalam pola urutan ini, penulis
mengungkapkan gagasannya bertolak dari suatu akibat atau efek terdekat dari
pernyataan itu.
Contoh:Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di Pulau Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas. Angin meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan. Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut. Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi.
Contoh:Kalau kemarau tengah berlangsung, sinar matahari terasa menyengat di Pulau Kambing. Selama empat bulan semua tumbuh-tumbuhan di pulau itu merangas. Angin meniup daun-daunnya yang kering hingga rontok ke bumi. Dari kejauhan yang kelihatan hanya rumah penduduk. Pada saat itu, orang berpunya yang mampu membuat bak mandi dari semen mungkin masih menyimpan persediaan air hujan. Beberapa penduduk datang ke sana sebagai pembeli. Lima ratus empat puluh tiga sumur yang ada disana mengeluarkan air yang asinnya persis seperti air laut. Air itu tak dapat diminum, ataupun digunakan untuk menanak nasi.
o Pola
Urutan Tanya – Jawab
Dalam pola urutan tanya- jawab ini,
penulis mula-mula mengemukakan gagasannya dalam bentuk pertanyaan, kemudian
diikuti dengan jawaban pertanyaan itu. Contoh:Apa saja yang penting untuk
diperhatikan oleh seorang pemimpin diskusi agar diskusinya dapat mencapai
sasaran? Sesorang pemimpin diskusi hendaknya tidak mendominasi jalannya
diskusi. Dia bertanggung jawab mengatur agar diskusi berjalan lancar menurut
arah yang dikenhendakai pokok persoalan bersama, dan harus menstimulir anggota
diskusi untuk berpartisipasi, serta menjuruskan kearah pemikiran. Dia pun harus
mencegahadanya monopoli pembicaraan oleh seorang peserta saja, dan kalau ada
salah paham atau perbedaan pendapat harus mengusahakan penyelesaiannya. Pada
akhir diskusi, pemimpin diskusi harus membuat ringkasan, kesimpulan atau hasil
diskusi.
c. Paragraf
Penutup
Paragraf ini berisi simpulan bagian
karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan
pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas. Mengingat paragraf penutup
dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian harus memperhatikan hal
sebagai berikut:
1. Sebagai
bagian penutup,paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2. Isi
paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan
inti seluruh uraian
3. Sebagai
bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat menimbulkan
kesan yang mendalam bagi pembacanya.
Contoh
alinea penutup yang berupa kesimpulan:Media cetak tergolong tertua kehadirannya
di Indonesia dibandingkan dengan jenis media lainya (radio, film, dan tv),
seorang pembaca surat biasanya adalah pendengar radio,dan penonton tv. Dengan
demikian, media cetak mempunyai peranan yang yang khas dalam penyampaian
informasi. Bukan saja untuk menghidupkan tradisi menulis, dan minat baca
masyarakat, tetapi ia metupakan bagian terpenting dalam penciptaan suasana
kemasyarakatan yang dinamis, dan harmonis dari keseluruhan sistem media
komunikasi modern, baik diaderah pedesaan, dan terlebih-lebih lagi di daerah
perkotaan.
Contoh
alinea penutup yang berupa ringkasan:Beberapa hal yang dapat diringkaskan dari
pengamatan di atas. Pertama, terdapat gejala rendahnya mutu murid SD di seluruh
Indonesia,yaitu murid SD tidak hanya mampu mencapai 50 % standar pengetahuan
yang diharapkan dapat dicapai oleh mereka. Kedua, daerah-daerah dengan mutu
murid SD yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional terletak di Indonesia
bagian barat. Ketiga, ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang paling parah
diderita oleh semua murid SD, sedang matematika mrupakan ilmu pengetahuan yang
paling kaut mereka miliki. Keempat, rendahnya mutu murid SD terjadi dalam
jumlah murid yang naik dengan deras.
Contoh
alinea penutup yang berupa penekanan kembali hal-hal yang penting harus diakui
bahwa ketegasan di dalam menghadapi dan memecahkan secara tepat persoalan yang
menyangkut Pancasila itu merupakan faktor penting yang memungkinkan terwujudnya
stabilitas dan pembangunan nasional. Kejadian sejarah yang penuh ujian bagi
Pancasila kiranya akan membawa bangsa ini kedalam tataran yang lebih dalam, dan
lebih penting yaitu pengalaman, dan penghayatan Pancasila secara lebih mantap
lagi. Sesudah stabilitas nasional dapat diwujudkan, dan di dalam dasar itu
eksistensi bangsa dan negara ini mempunyai landasan yang sangat kuat, yaitu
Pancasila maksud dalam sikap dan hati nurani manusia-manusia Indonesia.
Contoh
alinea penutup yang berupa saran:Demikianlah peta bumi KMD. Jangkauan KMD
sangat luas, meluputi sebagian besar rakya Indonesia. Pemerintah dalam hal ini
hanya sekedar memberi dorongan pada pertumbuhan dan perkambangan pers nasional,
khususnya yang terbit di daerah-daerah. Selanjutnya para penerbit pers itu
sendirilah yang harus bekerja keras: menyusuri pantai,dan sungai-sungai,
memasuki hutan-hutan, ngarai, dan daerah-daerah pegunungan untukmmencapai
masyarakat pedesaan yang menjadi sasaran KMD.
Contoh
alinea penutup yang berupa harapan:Mudah-mudahan pedoman ini bermanfaat bagi
usaha peningkatan sutau laporan hasil penelitian, dan peningkatan koefisienan,
serta keefektifan pengelolaan penelitian bahasa, dan sastra. Dan untuk lebih
dapat mewujudkan harapan ini, segera kritik, dan saran para pemakai buku ini
akan dimanfaatkan.
E.
Unsur
Alinea
Alinea adalah satu kesatuan ekspresi
yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai
alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.
Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca, alinea harus tersusun
secara logis-sistematis. Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis
itu adalah unsur-unsur penyusun alinea, seperti transisi (transition), kalimat
topik (topic sentence), kalimat pengembang (development sentence),dan kalimat
penegas.
Kalimat-kalimat yang membangun paragraf
pada umumnya dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
1. Kalimat
topik atau kalimat utama, dan
2. Kalimat
penjelas atau kalimat pendukung.
Kalimat
topik atau kalimat utama, biasanya ditempatkan secara jelas sebagai kalimat
awal suatu paragraf. Kalimat utama ini kemudian dikembangkan dengan
sejumlahkalimat penjelas sehingga ide atau gagasan yang terkandung kalam
kalimat utama itu menjadi semakin jelas.
Ciri
kalimat topik adalah:
1. Mengandung
permasalahan yang potensial untuk dirinci atau diuraikan lebih lanjut
2. Merupakan
kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
3. Mempunyai
arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain
4. Dapat
dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.
Ciri
kalimat penjelas adalah:
1. (Dari
segi arti) sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri
2. Arti
kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam paragraph
3. Pembentukannya
sering memerlukan bantuan kata sambung dan frasa transisi
4. Isinya
berupa rincian, keterangan, contoh, dan data lain yang mendukung kalimat topik.
Kalimat-kalimat penjelas atau
kalimat-kalimat bawahan itu menjelaskan kalimat topic dengan empat cara, yaitu:
1. Dengan
ulangan, yaitu mengulang balik pikiran utama. Pengulangannya biasanya
menggunakan kata-kata lain yang bersamaan maknanya (sinonimnya).
2. Dengan
pembedaan, yaitu dengan menunjukkan maksud yang dikandung oleh pikiran utama
dan menyatakan apa yang tidak terkandung oleh pikiran utama.
3. Dengan
contoh, yaitu dengan memberikan contoh-contoh mengenai apa yang dinyatakan
dalam kalimat topik.
4. Dengan
pembenaran, yaitu dengan menambahkan alasan-alasan untuk mendukung ide pokok.
Biasanya kalimat pembenaran itu diawali/disisipi kata “karena, sebab”.
F.
Bentuk
atau Jenis Tulisan
Menulis
atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang
disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan:1986:21). Menurut Syafie’ie
(1988:41), tulisan pada hakikatnya adalah representasi bunyi-bunyi bahasa dalam
bentuk visual menurut sistem ortografi tertentu. Banyak aspek bahasa lisan
seperti nada, tekanan suara, perintah serta beberapa aspek lainnya yang tidak
dapat dipresentasikan dalam tulisan. Begitu juga halnya dengan fisik, seperti
gerakan tubuh tangan, kepala, wajah yang mengiringi bahasa lisan tidak dapat
diwujudkan dalam sebuah tulisan.
Mengemukakan
gagasan secara tertulis, perlu menggunakan bentuk tertentu dalam sebuah
karangan. Bentuk-bentuk tersebut dikemukakan oleh Nurjamal dalam Sumirat,
Darwis (2011:70), bahwa berdasarkan isi dan sifatnya, karangan terdiri atas :
(1) narasi, (2) deskripsi, (3) eksposisi, (4) persuasif, (5) argumentasi.
Sebuah tulisan dibentuk oleh serangkaian alenia atau paragraf, maka penjenisan
tulisan berdasarkan hal tersebut dapat ditinjau dari komposisi alenianya. Jika
semua atau sebagian besar tulisan dibentuk oleh alenia narasi, maka itu adalah
karangan narasi, begitupun dengan bentuk tulisan lainnya.
1.
Paragraf Naratif
Secara sederhana
narasi dikenal sebagai cerita. Pada paragraf narasi terdapat suatu kejadian
atau peristiwa dalam satu urutan waktu. Berikut pengertian narasi menurut
beberapa ahli.
Menurut
Semi (2003:29), narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia
berdasarkan perkembangan dari waktu kewaktu.
Menurut
Keraf dalam buku Finoza (Komposisi
Bahasa Indonesia, 2004:136),
narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan
sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Menurut
Fatimah dalam buku Finoza
(Komposisi Bahasa Indonesia, 2004:136), narasi adalah rangkaian tuturan yang biasanya menceritakan atau
menyajikan hal atau kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku.
Berangkat dari pendapat para ahli di atas, kita dapat
mengetahui poin-poin yang berkaitan dengan narasi, yaitu (1) berbentuk cerita,
(2) menonjolkan pelaku, (3) disusun secara sistematis, (4) menurut perkembangan
dari waktu kewaktu. Poin-poin tersebut jika disatukan, maka dapat disimpulkan
bahwa paragraf naratif adalah paragraf berbentuk cerita yang mengisahkan suatu
peristiwa (kejadian) dengan disusun secara sistematis dan menonjolkan pelaku
dari waktu kewaktu. Paragraf naratif bisa bersifat fiksi maupun non-fiksi.
· Ciri-Ciri Paragraf Naratif
|
No.
|
Menurut Atar Semi
(2003:31)
|
No.
|
Menurut Keraf (2000:136),
dikutip di http://id.wikipedia.org
|
|
1.
|
Berupa cerita
tentang peristiwa atau pengalaman penulis;
|
1.
|
Menonjolkan unsur
perbuatan atau tindakan;
|
|
2.
|
Kejadian yang
disampaikan dapat berupa fakta, dapat juga semata-mata imajinasi, atau
gabungan keduanya;
|
2.
|
Dirangkai dalam
urutan waktu
|
|
3.
|
Berdasarkan
konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik;
|
3.
|
Ada konflik
|
|
4.
|
Memiliki nilai
seni estetika, isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi
yang berbentuk fiksi;
|
4.
|
Berusaha menjawab
pertanyaan, apa yang terjadi?
|
|
5.
|
Menekankan
susunan secara kronologis.
|
||
|
6.
|
Biasanya memiliki
dialog
|
Ciri-ciri yang dikemukakan
Keraf ini memiliki kesamaan dengan Atar Semi bahwa narasi paragraf naratif
memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis, dan memiliki
konflik. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
· Jenis-Jenis Paragraf Naratif
(menurut Finoza:2004)
Secara garis besar paragraf
naratif dibagi menjadi empat, yakni narasi informatif, narasi ekspositorik,
narasi artistik dan narasi sugestif.
1. Narasi Informatif
Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
2. Narasi Ekspositorik (fakta)
Narasi ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan
memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Pelaku yang ditonjolkan
biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau
sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi
ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,
berdasarkan fakta yang ada, dan bersifat objektif.
3. Narasi Artistik
Narasi sugestif adalah narasi yang memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada dan bersifat objektif.
4. Narasi Sugestif (fiksi)
Narasi sugestif adalah narasi yang memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat atau mengalami sendiri peristiwa
itu.
2.
Paragraf Deskriptif
Paragraf deskriptif adalah
suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Menurut Sukoyo (1987:28)
dikutip oleh Syafie’ie 1998, deskripsi
disajikan sehidup-hidupnya sehingga pembaca seolah-olah memahami sendiri apa
yang dialami penulis. Deskripsi adalah tulisan yang bertujuan memberikan
perincian detail tentang objek sehingga dapat memberikan pengaruh pada
imajinasi pembaca dan pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar,
merasakan, dan mengalami langsung objek tersebut. (Atar Semi, 2003:41).
Menurut Atar Semi:2003, Paragraf Deskriptif dibagi menjadi dua jenis, yaitu
deskripsi ekspositoris dan deskripsi aristik.
Deskripsi Ekspositoris
Paragraf deskriptif yang
menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa
menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca.
Deskripsi Aristik
Paragraf deskriptif yang
mengarahkan kepada pemberian pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan
langsung dengan objek yang disampaikannya dengan cara menciptakan sugesti dan
impresi melalui ketrampilan penyampaian dengan menggunakan gaya bahasa yang
memikat dan menggugah pikiran.
Ciri-ciri paragraf deskriptif:
1. Memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
2. Bersifat membentuk imajinatif pembaca
3. Disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata
yang menggugah
4. Memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat,
dan dirasakan, sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, tempat,
warna, dan manusia.
5. Banyak menggunakan spartial
onder (susunan ruang).
3.
Paragraf Eksposisi
Keraf (1984:3) berpendapat bahwa eksposisi adalah salah
satu bentuk tulisan yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan satu pokok
pikiran yang dapat memperluas pandangan pengetahuan seseorang. Menurut Rusyana
(1984:29), paragraf eksposisi adalah paragraf yang membahas atau menerangkan
sesuatu. Tarigan (1987:62) juga berpendapat bahwa paragraf eksposisi adalah
tulisan yang bernada penjelasan disebut tulisan penyingkapan dan tujuannya
pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan, penjelasan, dan penilaian.(dikutip
dari Kurniawan, Anjari:2012).
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
1. Bersifat nonfiksi/ilmiah;
2. Berdasarkan fakta;
3. Berusaha menjelaskan tentang sesuatu;
4. Gaya tulisan bersifat informatif;
5. Fakta dipakai sebagai alat kontribusi;
6. Fakta dipakai sebagai alat konkritasi ;
7. Tidak bermaksud mempengaruh.
Langkah-langkah menyusun paragraf eksposisi:
1. Menentukan topik yang akan disajikan;
2. Menentukan tujuan eksposisi;
3. Membuat kerangka karangan, disusun secara sistematis;
4. Mengembangkan eksposisi, yaitu bersifat informatif,
demokratis, objektif, dan logis. (Kurniawan, Anjari.
2012)
4.
Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk
pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan ke- inginan penulisnya. Agar
tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan
data dan fakta. Seperti halnya karangan argumentasi, karangan persuasi termasuk
jenis tulisan yang dibuat untuk memengaruhi orang (hortatoris).
Perbedaan
paragraph persuasif dan argumentatif :
|
persuasif
|
argumentatif
|
|
Pengarang mengharapkan pembaca mengikuti perbuatan sesuai instruksi yang
dianjurkan penulis.
|
Pengarang hanya mengharapkan pembaca mengakui pembenaran yang ada dalam
paragraf
|
Ciri-ciri
paragraf persuasif :
1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia
dapat diubah;
2. Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya;
3. Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau
penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca;
4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar
kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai;
5. Persuasi memerlukan fakta dan data.
Langkah-langkah menulis paragraf persuasif:
1. Tentukan topik dan tujuan;
2. Membuat kerangka karangan;
3. Menumpulkan bahan;
4. Menarik kesimpulan;
5. Penutup.
5. Paragraf Argumentasi
Menurut Keraf (2000), Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berusaha
membuktikan kebenaran dengan berfikir kritis dan logis, bertolak dari
fakta-fakta untuk mencapai suatu kesimpulan (dalam
bukuSemi, M. Atar:2003). Paragraf argumentasi merupakan jenis karangan ilmiah,
tujuannya adalah agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat tersebut
adalah benar dan terbukti. Fakta-fakta dalam paragraf argumentasi dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain:
1. bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet);
2. wawancara atau angket;
3. penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi.
Agar lebih mudah, Anda dapat menulis paragraf
argumentatif dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Daftarlah topik-topik pendapat yang dapat dikembangkan;
2. Susunlah kerangka paragraf yang akan dibuat.- Kembangkan
kerangka tersebut menjadi paragraf;
3. Anda dapat menggunakan kata penghubung antarkalimat (oleh
karena itu, dengan demikian, oleh sebab itu, dan lain-lain).
Ciri-ciri pargaraf atau
karangan argumentasi:
1. Menjelaskan pendapat agar pembaca yakin mengenai topik
yang dibahas;
2. Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar/grafik,
dan lain-lain;
3. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan
penelitian;
4. Penjelasan dalam paragraf argumentasi disampaikan secara
logis;
5. Penutup berisi kesimpulan.
Karakteristik paragraf
argumentasi:
1. Kalimat utama/pendahuluan berupa pernyataan/gagasan
penulis yang menarik perhatian pembaca ;
2. Diikuti kalimat-kalimat penjelas yang berisi
argumen-argumen untuk meyakinkan atau membuktikan kebenaran gagasan awal
penulis;
3. Ditutup dengan kesimpulan yang menegaskan gagasan awal
penulis.
Karangan
argumentasi dan eksposisi sering sulit dibedakan. Bentuk keduanya hampir sama.
Meskipun demikian, keduanya memiliki perbedaan. Perbedaan argumentasi dengan eksposisi antara lain:
|
Bagian
Karangan
|
Argumentasi
|
Eksposisi
|
|
Pembuka atau pendahuluan
|
Menarik perhatian pembaca
pada persoalan yang akan dikemukakan.
|
Memperkenalkan kepada pembaca
tentang topik yang akan dipaparkan dan tujuan paparan tersebut.
|
|
Tujuan
|
Meyakinkan pembaca.
|
Memberi informasi atau
menjelaskan kepada pembaca agar pembaca memperoleh gambaran yang jelas.
|
|
Penggunaan data, contoh,
gambar, dsb (Alasan)
|
Untuk membuktikan bahwa apa
yang dikemukakan penulis dalam tulisan itu benar.
|
Untuk lebih menjelaskan atau
memperjelas isi karangan.
|
|
Penutup
|
Menyimpulkan apa yang telah
diuraikan pada pembahasan sebelumnya.
|
Menegaskan lagi apa
yang telah diuraikan sebelumnya.
|
G.
Ringkasan,
Abstrak dan Sintesis
Ketiga
istilah di atas pada intinya merujuk pada pekerjaan yang sama, yaitu meringkas.
Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang harus dipahami agar tidak
menimbulkan salah paham.
1.
Ringkasan
Menyajikan kembali sebuah tulisan yang
panjang ke dalam bentuk yang pendek disebut meringkas. Tindakan meringkas dapat
dilakukan terhadap berbagai jenis teks, di antaranya ringkasan atas novel,
ringkasan atas buku laporan tahunan, dan ringkasan atas sebuah bab sebuah buku.
Untuk sampai pada ringkasan yang baik,
cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam
‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas. Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini
dapat berupa (1) ilustrasi atau contoh, (2) keindahan gaya bahasa, dan (3)
penjelasan yang terperinci.
Sebuah ringkasan memiliki beberapa ciri.
Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran dan cara pandang
penulis asli. Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti tidak memasukan
pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya. Ketiga,
ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan gaya
pembuat singkasan. Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang, menandai
kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan, penulis
akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik
2.
Abstrak
Abstrak adalah karangan
ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah.
Oleh karena itu, abastark terikat dengan aturan penulisan ilmiah. Dalam sebuah
abstrak setidaknya ada hal-hal berkut:
(1) latar
belakang atau alasan atas topik yang dipilih,
(2) tujuan
penelitian yang dilakukan oleh penulis,
(3) metode
atau bahan yang digunakan dalam penelitian,
(4) keluaran
atau kesimpulan atas penelitian.
Panjang-pendek sebuah abstrak amat
ditentukan oleh tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan
Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk
skripsi 200 sampai dengan 250 kata. Perhatikan contoh abstrak di bawah ini
untuk keperluan jurnal.
Abstrak
Tradisi
lisan Indonesia mengalami ancaman kepunahan karena berbagai sebab sehingga
diperlukan usaha-usaha yang komprehensif untuk memeliharanya. Makalah ini akan
membicarakan berbagai cara perekaman tradisi lisan di Provinsi Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dan tantangan yang dihadapinya.
Tujuannya adalah menjelaskan perlunya usaha inventarisasi sebagai tahap awal
penyelamatan tradisi tersebut. Dengan metode observasi langsung yang ditunjang
oleh kepustakaan, penelitian diharapkan mampu merekam secara akurat berbagai
tradisi lisan yang ada dalam masyarakat Indonesia secara akurat.
Selain itu, perlu diperhatikan pula
bahwa kesepakatan umum dalam dunia ilmu bahwa abstrak ditulis bahasa Inggris.
Misalnya, apabila sebuah artikel untuk jurnal atau skripsi ditulis dalam bahasa
Indonesia, maka abstraknya ditulis dalam bahasa Inggris.
3.
Sintesis
Berbeda dengan ringkasan dan abstrak
yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis dibuat atas beberapa
sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal
dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas
sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas
sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus
diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya (Utorodewo dkk,
2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang
digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya, (3) sudut pandang
penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber
dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang
diperlukannya.
H.
Kutipan
dan Sistem Rujukan dalam Karya Ilmiah
1. Kutipan
Dalam menulis karya ilmiah, kadangkala
kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan sebagai alat untuk
memperkuat argumentasi kita. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan
kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu.
Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu
(1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara
langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks atau bagian teks
yang kita kutip tersebut sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung kita
diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah
makna pada teks aslinya. Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu
meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan
penghargaan kita kepada orang yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak
langsung memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri kutipan langsung adalah:
(1)Tidak
boleh ada perubahan terhadap teks asli,
(2)Tanda
(sic!) digunakan apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3)Tanda
tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan yang
dihilangkan, dan
(4)Menggunakan sumber kutipan yang
berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses
ini, kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang mengutip teks yang
pendek. Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak
lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris.
Kutipan pendek (1) diintegrasikan langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh
tanda kutip, dan, (3) jangan lupa, sumber kutipan. Kutipan langsung panjang (1)
dipisahkan dari teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih
kecil, (2) boleh diapit oleh tanda kutip boleh tidak, dan (3) jangan lupa,
sumber kutipan harus ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang
panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat,
diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli.
Kutipan tidak
langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri (1) diintegrasikan
dengan teks, (2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus menyertakan
sumber kutipan.
Mengenai sumber
kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak ingin digolongkan
sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan
pencurian terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain
terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga
berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai
etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya.
2. Sistem Rujukan
Dalam upaya menjaga etika ilmiah dalam
hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita mengenal sistem catatan.
Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu selingkung sehingga muncul
variasi dalam penulisannya. Tidak heran apabila sistem yang digunakan oleh
bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh bidang ilmu
lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua sistem perujukan yang sering
digunakan, yaitu
(1) catatan kaki, dan
(2) catatan belakang.
Catatan Kaki adalah
catatan yang diletakkan di bagian bawah halamansedangkan Catatan Belakang ada di akhir bab
(dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah makalah).
Sistem catatan dapat
dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan
referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh
angka Arab. Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah
tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip
pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini
menulis buku berjudul Batas Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan
Populer Gramedia di Jakarta.Di halaman 159, penulis buku membuat pernyataan
yang cukup penting mengenai mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan
diberi catatan (bagian yang dikutip ditebalkan).Setiap orang akan dipengaruhi
oleh lingkungannya. Demikian pula denganprofesi seseorang. Orang yang sukses
berniaga punya kecenderuganbertindak dan menantang risiko di mana perlu.1Seperti
dikatakan oleh JohnMaynard Keynes, dst
______________
1Donald B. Calne. 2005.
Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
Informasi
Tambahan pada sistem catatan digunakan apabila penulis memandang perlu
menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari uraian tertentu, memberikan
informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama. Tujuan informasi
tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas
istilah atau bagian dari uraian tersebut. Contoh berikut diambil dari tulisan
Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia—
Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol. 11, No. 2 Desember 2007, hlm.
48— 57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai usaha seorang tokoh Melayu
bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh itu secara singkat
dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara
itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia
persoalannya lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa
melibatkan Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang
berakhir dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai
cita-cita menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali
pudar; perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS
lainnya kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya
dari Indonesia.17
17Perjuangan Ibrahim
Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesia ternyata tidak pernah
terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagai penghargaan
atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di Makam Pahlawan
Kalibata, 10 Maret 1979.
Dalam hal
catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan
menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali
dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid,
Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan dipergunakan
dengan benar.
Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit. ketiganya berasal
dari bahasa Latin. Ibid berasaldari kata ibidem yang artinya
‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja
yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit.
berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah
dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa
sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh
sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang
artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacukepada artikel
dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istlah ini
dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela
oleh sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini.
1Donald B. Calne. 2005.
Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
2Ibid.
3Ibid, hlm. 40.
4Ibid, hlm. 46.
5Boen S. Oemarjati.
2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara
Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UIPress. Hlm.
121.
6Arnold Van Gennep.
1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35.
7Donald B. Calne, Op.Cit.,
hlm. 170.
8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit.,
hlm. 125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit.,
hlm. 42.
I.
Daftar
Pustaka
Daftar
pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang
penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut
harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut
sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan fungsi
sebagai berikut.
1. Membantu
pembaca mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan
petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang
dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu
pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4. Sebagai
bentuk keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumber-sumber yang
dipergunakannya.
Ada
beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola
penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The
Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal
Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar
pustaka pada dasarnya sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. nama
penulis,
2. tahun
terbitan sumber yang bersangkutan,
3. judul
sumber yang dipakai sebagai referensi, dan
4. data
publikasi (nama tempat terbit, nama penerbit).
1. baris
pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya
dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
2. jarak
antarbaris 1 spasi,
3. jarak
antarsumber 1,5 atau 2 spasi,
4. diurut
berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya
selingkung bidang)
Untuk
nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam
Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar
Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang
karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata
selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.
Format
MLA
Caine,
Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep,
Arnold Van. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press,
1992.
Oemarjati,
Boen S. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam MemaknaiKembara
Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format
APA
Caine,
Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep,
Arnold Van. (1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University
Press.
Oemarjati,
Boen S. (2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta:UI Press.
Apabila
pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja
yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat
orang atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan
‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al.
Contoh:
Dua
Penulis:
Gustianti, Rina dan Yulia Nazaruddin.
(2005). 2012: Kiamat Tak JadiDatang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti,
Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak JadiDatang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti,
Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena
Mandiri.
J.
Topik,
Tujuan, Tesis dan Kerangka Karangan
Sebuah karya ilmiah haruslah
direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu
ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang
hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik.
Topik
tidak sama dengan judul. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti
telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis,
sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan.Dalam
memilih topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) harus menarik
perhatian penulis, (2) diketahui dan dikuasai oleh penulis, (3) harus sempit
dan terbatas, dan (4) untuk penulis pemula hindari topik yang kontroversial dan
baru.
Mengapa
demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang kita
sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang berbobot
apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak
kita kuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu
sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah
karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi.
Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai
dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas,
maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian pula
topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya harus
disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah tersebut.
Bagi
seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru
akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencari rujukan penunjang. Apabila si
penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang
bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang
terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis
pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya.
Secara
sepintas, menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak
sulit dilakukan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam
bidang ilmu tertentu dan horizon pengetahuannya di bidang tersebut, seorang
calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat dia garap dengan baik.
Apabila
sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu,
langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak
dicapai penulis berdasarkan topik sehingga tujuan itu mempersempit atau
membatasi topik.
Tesis
dan Kerangka Karangan
TESIS
dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis
dibentuk berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan
barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas
dalam karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis
tidak dapat menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam
penulisan. Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis
menentukan topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan,
penulis menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik
itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasarkan topiknya. Tujuan
semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya
tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan. Oleh
karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya.
Setelah topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan
tujuan itu ke dalam tesis. Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan
tujuan dalam bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan.
Tesis lebih menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan
ilmiah melakukan analisis, intrepretasi, dan sintesis. Dalam proses penulisan
karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi tahapan penulisan ilmiah.
Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan penulis berpedoman pada tesis. Jadi,
tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah
tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi
ilmiah). Dengan demikian, tesis mampu meramalkan, mengendalikan, dan
mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka
karangan (outline).
Dalam
penulisan karangan ilmiah, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui
tesis karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan
itu ke dalam kerangka karangan. KERANGKA KARANGAN adalah suatu rencana kerja
ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke
dalam bab dan subbab dengan menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi)
yang digunakan.
Tahapan
penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena
kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisan, di
antaranya;
1. Tidak
mengolah ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar dari pokok
masalahnya.
2. Menciptakan
klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi
karangan.
3. Mengingatkan
penulis pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan.
4. Membaca
ulang karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang
sama dari pembaca.
5. Dapat
dilihat dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan, dan
6. Berarti
setengah karangan sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari
prapenulisan.
Setelah
mengetahui fungsi kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu memperhatikan
hal-hal berikut;
1.
Perumusan tesis dan
pengungkapan maksud dengan jelas dan benar.
2.
Penginventarisan topik
ke dalam sub-subtopik secara maksimal.
3.
Pengevaluasian semua
topik yang telah dirinci ke dalam tahapan:
a. semua
bab topik relevan dengan tesis,
b. jangan
ada topik yang sama, dan
c. semua
topik dan subtopik sudah disusun secara paralel,
4.
Tahapan (3a) dan (3b)
dilakukan secara berulang untuk mendapatkan subtopik yang terinci secara
maksimal.
5.
Penetapan pola susun
karangan yang tepat: pola alamiah atau pola logis.
6.
Sadarilah karangan
tidak sekali buat.
7.
Karangan ini sebagai
pedoman penyusunan daftar isi karangan
Melalui
tahapan penulisan kerangka karangan, penulis perlu memerhatikan persyaratan
penyusunan kerangka karangan berikut.
2.
Data primer dan data
sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip dalam catatan.
3.
Tiap unit dalam
kerangka karangan mempunyai satu gagasan.
4.
Pokok-pokok kerangka
karangan disusun secara logis, di antaranya
a.
unit pokok terinci
secara maksimal,
b.
tiap rincian ada
kaitannya dengan unit atasan langsung, dan
c.
urutan rincian baik dan
teratur
5.
Pilihlah pola kerangka
karangan yang diterapkan
a.
pola alamiah spasial,
b.
pola alamiah
kronologis,
c.
pola alamaiah topik
yang ada
6. Pola
logis yang digunakan
7. Pasangan
simbol disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem
a.
sistem lekuk,
b.
sistem lurus, dan
c.
sistem gabungan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Paragraf adalah satuan
bahasa yang mengemukakan sebuah pokok pikiran atau satu gagasan utama yang
disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif.
2.
Fungsi
paragraf adalahmengekspresikan gagasan tertulis
dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat
yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
3.
Syarat paragraf adalah
kesatuan, koherensi, pengembangan, dan efektif
4.
Jenis paragraf menurut
posisi kalimat topiknya, jenis paragraf menurut sifat isinya, dan jenis
paragraf menurut fungsinya dalam karangan.
5.
Alinea adalah seperangkat
kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan
menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca.
6.
Bentuk atau jenis
tulisan yaitu: paragraph naratif, deskriptif, eksposisi, argumentasi dan
persuasi.
7.
Ringkasan adalah menyajikan
kembali sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang pendek disebut
meringkas.
8.
Abstrak adalah karangan
ringkas berupa rangkuman.
9.
Sintesis adalah
merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber.
10. Kutipan
dan sistem rujukan.
11. Daftar
pustaka adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam
kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah.
12. Topik, tujuan, tesis dan kerangka
karangan.
B.
Saran
Kita
harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, karena kita sebagai
bangsa Indonesia harus mengerti dan memahami bagaimana penggunaannya dalam hal
apapun. Dalam paragraf atau alinea pun kita harus memahami dan mengerti apa
isinya agar tidak terjadi kesalahpahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Modul
Kuliah Bahasa Indonesia.Pdf
Wede.
(2014). Makalah Bahasa Indonesia.
(Online), Tersedia: http://wede56.blogspot.com/2014/03/contoh-makalah-bahasa-indonesia-alenia.html
(13 April 2016)
Julie.
(2015). Paragraf atau Alinea.
(Online), Tersedia: http://misjulie.blogspot.co.id/2015/03/bahasa-indonesia-paragraf-atau-alinea.html
(13 April 2016)
Sa’aadah,
Minhatus. (2014). Bentuk-bentuk Tulisan.
(Online), Tersedia: http://dekmiemind.blogspot.co.id/2014/06/makalah-bentuk-bentuk-ulisan.html
(13 April 2016)
Wardila,
Edi. (2015). Ringkasan, Abstrak dan
Sintetis. (Online), Tersedia: http://ediwardila.blogspot.co.id/2015/01/ringkasan-abstrak-dan-sintesis.html
(13 April 2016)
Wardila,
Edi. (2014). Kutipan, Sistem Rujukan, dan
Daftar Pustaka. (Online), Tersedia: http://ediwardila.blogspot.co.id/2014/12/kutipan-sistem-rujukan-dan-daftar.html
(13
April 2016)
Wardila, Edi. (2015).
Topik, Tujuan, Tesis dan Kerangka Karangan.
(Online), Tersedia:http://ediwardila.blogspot.co.id/2015/01/topik-tujuan-tesis-dan-kerangka-karangan.html
(13 April 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar