Nama : Herdiana Tri Kusuma
Pratiwi
NIM : 1516121067
Mata Kuliah : Bahasa dan Sastra Indonesia
Prodi / Semester : PGSD / 2
Pengorbanan Seorang Ibu untuk
Anaknya
Pada suatu hari terdapat sebuah keluarga
yang terdiri dari seorang Ibu yang buta, dan dua orang anak perempuan yang
masih duduk di bangku sekolah SD dia bernama Anisa dan ada juga yang masih bayi
dia bernama Rima. Ayah dari keluarga mereka sudah meninggal beberapa bulan yang
lalu akibat kecelakaan bersama Ibunya pada saat perjalanan pulang dari rumah
sakit setelah persalinan Rima, yang menyebabkan Ayahnya meninggal dan Ibunya
mengalami kebutaan tetapi Rima selamat hanya mengalami luka ringan. Suatu hari
Anisa akan berangkat sekolah dia berpamitan kepada Ibunya yang sedang mengasuh
adiknya Rima.
“
Bu... Anisa berangkat sekolah dulu yaa, assalamu’alaikum...”. Anisa menggendong
tas sambil bersalaman kepada Ibunya.
“
Iya nak, hati – hati di jalannya, wa’alaikumsallam..”. Ibunya yang sedang
mengasuhadiknya Rima, tangan nya Ibu mengelus kepala Anisa yang akan berangkat
ke sekolah.
Suatu
ketika, Anisa pulang sekolah dia tak sengaja melihat Ibunya yang buta sedang
bekerja mencuci baju di tiap-tiap rumah untuk mencari selembar uang untuk
anak-anaknya di rumah. Lalu Anisa menghampiri Ibunya.
“
Bu.. Sedang apa Ibu disini ? ”. Raut wajah Anisa tampak sedih ketika melihat
Ibunya itu sedang mencuci baju.
“
Nak, kamu sudah pulang ?, Ibu lagi kerja mencari uang buat kebutuhan kamu dan
adik kamu Rima”. Ibunya nampak kaget setelah Anisa mengetahui bahwa Ibunya
bekerja mencuci, karna Ibunya tidak ingin Anisa mengetahuinya.
“
Bu, kenapa Ibu melakukan seperti ini di belakang Anisa ? Anisa gak mau Ibu cape,
kerja mencari uang, biar Anisa aja yang kerja membantu kebutuhan keluarga, Ibu
diam aja di rumah merawat Rima, kasian Rima masih butuh Ibu”. Sambil menuntun
Ibunya untuk pulang ke rumah.
Lalu
Ibunya berkata, “ Anisa.. Ibu melakukan ini semua karna Ibu gak mau kamu
sehabis pulang sekolah lalu kerja mencari uang, Ibu juga ingin membantu kamu,
apalagi kamu masih sekolah nak, Ibu gak mau sekolah kamu terganggu, Ibu ingin
kamu menjadi anak yang sukses, yang bisa membimbing adikmu di masa depan ”.
sambil menatap mata Anisa.
“
Anisa juga gak mau kalau Ibu kerja, meskipun Anisa masih sekolah kelas 5, Anisa
sanggup sekolah sambil kerja bu.. Anisa bisa mengatur waktu nya, udah yaa..
sekarang Ibu istirahat biar Anisa yang kerja”.
Anisa
memang anak yang baik, sholehah, dan wanita penyayang kepada keluarganya,
terutama kepada Ibunya yang buta itu. Setelah kepergian Ayahnya itu, Anisa lah
menjadi tulang punggung keluarga, Anisa lah yang sudah memenuhi kebutuhan
keluarga nya dari mencari uang, membiayai sekolahnya, bahkan mengurusi Ibu dan
Adiknya yang masih kecil itu.
Setelah
15 tahun kemudian, Anisa sudah dewasa dan sudah berkeluarga. Dan pada saat itu,
Anisa tak lagi tinggal di rumah bersama Ibu dan Rima adiknya. Anisa sekarang
tinggal bersama suami dan buah hati anaknya yang masih kecil. Dan Rima juga nampak
sudah remaja dan dia pun sudah sekolah di bangku SMA. Di rumah itu sekarang
hanya ada Ibu dan Rima. Ibunya sekarang yang menggantikan posisi Anisa yang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan dia dan anaknya yang masih sekolah SMA. Ibunya
yang tiap hari bekerja mencuci baju, menjadi pembantu di warung nasi, dan menjadi
pemulung. Meskipun Ibunya buta tetapi Ibunya bisa melihat dengan memakai
perasaan hatinya.
Suatu
ketika, malam itu Rima akan pergi menghadiri acara ulang tahun nya yang
rumahnya cukup jauh dari rumah yang ia tempati.
Lalu,
sebelum berangkat Rima menyuruh Ibunya untuk mengambilkan sepatu yang akan ia
pakai.
“
Bu.. Bu.. Ibuuuu ....” . Nampaknya wajah Rima kusut dan kesal setelah beberapa
kali ia memanggil Ibunya.
“
Iya ada apa Rima sayaaang, maaf nak.. Ibu habis selesai sholat Isya” . Ibunya
sambil mendekati Rima.
“
Duuuh Ibu ini, di panggil lamaa bangeet sii !!! . Tolong yaa buu ambil kan aku
sepatu di belakang, aku gak keburu nii bu lagi siap-siap mau berangkat”. Sambil
berdandan bergegas siap-siap akan berangkat ke pesta acara ulang tahun nya itu.
“
Nak memangnya kamu mau pergi kemana ? ko ga bilang – bilang dulu sama Ibu ”.
Sambil memegang Rima.
“
Duuh.. Ibu gak usah bawell deh, gak usah banyak omong, cepat sekarang ambilkan
sepatu, aku mau berangkat nanti temen cowok ku jemput aku ke rumah”. Sambil
siap-siap pergi.
“
Iyaa... iyaa.. nak, Ibu ambilkan”. Lalu Ibu ke belakang mengambil sepatu Rima,
lalu Ibu mendengar TIIIDIIIDD .. TIIDD .. TIIDD .. nampaknya suara mobil teman
cowok nya Rima sudah datang, lalu Ibu menghampiri Rima.
“
Sayaang, ini sepatu nya nakk ..”. Sambil memberikan sepatu itu, layaknya
seperti seorang pembantu.
“
Lama bener ngambil sepatu, ooooh pantes butaa !!! ”. Sambil mendekati muka
Ibunya.
Ibunya nampak sedih karna merasa di
hina oleh anaknya sendiri, tetapi Ibunya tidak ingin memperlihatkan
kesedihannya di depan anaknya. Ibunya berusaha tegar dan kuat, dan akhirnya Ibu
berkata.
“
Rima.. itu yang di depan rumah, temanmu ??? ” . Nampaknya perasaan Ibu itu
tidak enak meskipun Ibu buta tetapi dia bisa merasakan nya dengan hati.
“
Iya kenapa ?? pengen tau ?? gak bakalan tau, ibu kan buta !, yang jelas dia itu
teman dekat Rima, dia orang kaya, orang tuanya aja pengusaha, gak kaya Ibu udah
buta, hidupnya susah, bikin aku capek”.
“
Astaghfirullah allazim Rimaaa.. Ibu tak menyangka kamu perlakukan Ibu seperti
ini”. Sambil meneteskan air matanya.
“
Ibu ini cengeng yaa.. Udahlah buu, temenku nunggu ntar kemaleman lagi gara-gara
debat sama Ibu”. Sambil membukakan pintunya.
“
Rimaa.. rimaa jangaan pergi nakk..”. Sambil menangis.
Setelah Rima pergi bersama teman
cowoknya ke pesta ulang tahun temannya. Rima berpesta-pesta dengan temannya
sampai ia lupa pulang ke rumah. Sudah Pukul 2 malam Rima belum saja datang.
Ibunya pun menunggu dan mencari Rima ke jalan. Setelah itu waktu pun sudah
malam sekali, Rima bersama teman cowoknya itu pulang, mengantarkan Rima, tetapi
cowok itu tidak mengantarkan Rima, dia menurunkan Rima di tengah jalan, Rima
tak sadarkan diri karena ia sedang mabuk. Rima berjalan nyusuri jalan, selama
di perjalanan Rima di goda oleh beberapa preman. Tak di sangka selama Ibu nya
mencari Rima di jalan akhirnya Ibunya mendengar suara jeritan wanita dan Ibunya
menduga itu suara Rima. Lalu Ibunya menghampiri Rima pada akhirnya Ibu yang
buta itu tertabrak mobil. Setelah itu Ibunya di bawa ke rumah sakit, dan Anisa
kakaknya itu mengetahui kabar dari tetangganya Ibu, bahwa Ibunya mengalami
kecelakaan dan akhirnya di bawa ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit,
Anisa mendengar omongan-omongan tetangga Ibunya bahwa yang menyebabkan Ibunya
tertabrak itu dise-babkan oleh adiknya sendiri Rima. Lalu Anisa menghampiri
tetangga nya itu.
“
Maksudnya apa buu ?? , ada apa dengan adik saya ? ”. dengan perasaan nya tak
menentu.
Lalu
tetangganya memberitahu semuanya, tentang apa yang sudah di lakukan oleh Rima
terhadap Ibunya. Anisa tak menyangka bahwa adiknya seperti itu, Anisa menyangka
bahwa adiknya baik-baik saja. Dan pada akhirnya Anisa menemui Rima yang sedang
asik-asik santai di rumah.
“
Rimaa !!.. Kakak gak nyangka kamu perlakukan Ibu, menghina Ibu yang sudah
melahirkan dan membesarkanmu Rima !!! Kakak benar-benar kecewa sama kamu, kamu
anak durhaka yang tidak tau di untung”.
“
Kakak tau kenapa Rima seperti ini ??, Rima malu kak punya Ibu buta, jadi
pembantu, buruh, bahkan jadi pemulung”.
“
STOPP !! Kamu menghina, memperlakukan Ibu mu seperti itu.. ”.
“
Kenyataannya seperti itu kak, FAKTA !!”.
“
Kamu anak yang durhaka Rima apalagi sama Ibu, Ibu yang udah mempertaruhkan
nyawa mu ketika Ibu melahirkan kamu, Ibu buta, Ayah meningal karna kecelakaan
saat selesai persalinan kamu di rumah sakit, kamu masih mau menganggap Ibumu
budak? Pembantu ?, jadi bahan Hinaan kamu ? IYAA !! Sadaaaar Rima Sadaarr,
Sekarang Ibu Koma’ masuk rumah sakit itu semua karna kamu, Ibu tertabrak karna
akan menyelamatkan kamu, apa kamu sekeji, sekejam itu sama apa yang udah Ibu
korban kan terhadap kamu Rima”.
Akhirnya Rima termenung menangis
atas apa yang sudah kakaknya sampaikan terhadap dia, ternyata pengorbanan Ibu
sangat besar, sangat mulia, Ibu buta dan ayah meninggal itu semua karna
kecelakaan, karna musibah. Akhirnya Rima bergegas ke rumah sakit untuk menemui
Ibu nya yang koma’ dan memohon ampun.
“
Assalamu’alaikum.. Ibu maafkan Rima selama ini Rima sudah berbuat dosa, sudah
durhaka terhadap Ibu, maafin Rima buu, Rima hilaf.. ” . Sambil menangis dan
memeluk Ibunya yang sedang koma’. Akhirnya Ibu sadar menyebut nama Anisa dan
Rima.
“
Anisaa.. Rimaa.. ???” . kedua adik kakak itu mendekati Ibunya yang sudah bangun
dari koma’nya.
“
Iya buu.. ini Anisa dan Rimaa.. ”. Sahut Anisa sambil mendekati Ibunya.
“
Nakk.. jaga dirimu baik-baik yaa.. Ibu hanya ingin kalian rukun, hidup senang,
dan kamu Rima harus nurut sama kakak yaa sayaang” .
“
Ibuu.. Ibuuuu... maafin Rima bu.. Rima nyesal atas perlakuan Rima terhadap
Ibu.. Rima sudah menjadi anak yang durhaka sama Ibuu.. Rima hilaf maafiin Rimaa
buu.. Rima sayang sama Ibu. Rima janji, Rima akan menjadi anak yang berbakti
sama Ibu, Ibuu yang kuat yaa, Ibu harus sembuh ”. Sambil menangis dan menyesali
perbuatannya.
“
Rimaa anak Ibuu.. Ibu sudah memaafkan kamu nak.. Ibu juga sayaang banget sama
kamu dan kakak mu.. jaga diri kalian baik – baik yaa.. Ibu sudah tidak kuat
lagii ” . Sambil merasakan kesakitan dan akhirnya meninggal.
Kedua anak itu menangis atas kepergian Ibunya, terutama
Rima yang sudah sadar dan menyesali perbuatannya itu. Pada hari itu Rima
menjadi anak yang baik, sholehah dan rajin kerja keras seperti kakaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar